KISAH MENJELANG NATAL
Baru saja aku tiba di komunitas setelah berlibur ke
kampung halaman. Ingin aku segera bongkar-bongkar, mandi dan istirahat. Semua rencana
itu terhenti, saat aku mendengar ada pasien baru pembukaan lengkap. Segera saja
kutinggalkan barang-barang ku dan segera menuju klinik. Sr Magda telah
mendahului ku. Dari luar ruang VK yang kudengar hanya tangisan bayi, sementara
yang lain tampak sepi. Ada apa? Pikirku. Aku masuk, dan segera saja Sr Magda
mengisyaratkan agar aku menangani bayi. Aku terkaget. Bayi lahir dengan berat rendah
ditambah lagi dengan Labioshicis.
Aku melihat ayah dan ibu terisak, sementara bidan
masih mengeluarkan plasenta dari rahim ibu.
Inilah satu hal yang sulit kami sampaikan pada
keluarga, saat bayi yang lahir, yang sangat diharapkan, tidak sempurna secara
fisik. Ada perang batin. Apalagi mengingat anak ini adalah anak pertama, cucu
pertama.
Tetapi semua ini perlu diterima. Kami tetap
memberikan bayinya untuk dicium dan dipeluk oleh ibunya. Tak ada satu kata pun
yang keluar, hanya isak tangis memenuhi ruangan VK ini.
Dalam sakit yang sama, kami tetap memberi dukungan. Menemani
agar ia bisa menerima kelahiran bayinya.
Mungkin memang tidak mudah, saat seorang ibu
melahirkan tentu juga ia ingin menunjukkan pada dunia betapa bahagianya ia
menjadi seorang ibu, yang telah berjuang antara hidup dan mati. Tapi saat suatu
yang diperjuangkan tidak sesuai harapan, benteng kegembiraan bisa runtuh
seketika.
Tetapi sekali lagi, semua perlu diterima.
Inilah Yesus kecil yang lahir di klinik kami
menjelang natal ini. Yesus mungil yang tak sempurna dan tak mudah diterima oleh
dunia. Setiap orang tua, bidan dan siapa saja ingin menerima kelahiran anak
yang normal. Tetapi, Tuhan hadir dalam rupa ketidaksempurnaan.
Permenungan natalku kali ini, mengajak aku untuk menerima
segala kemungkinan yang terjadi dalam hidup. Kegembiraan atau penderitaan,
sukacita atau dukacita, keberhasilan atau kegagalan. Aku mengerti bahwa dalam
segala hal “Tuhan ada” semua ini juga mengingatkanku akan kisah Ayub yang
mengatakan: Jika engkau mau menerima kemujuran dari tangan Tuhan, apa sebabnya
kita mau menolak kemalangan??” (bdk Ayub 2: 10)
Tuhan, selamat datang dihatiku, dihati banyak orang.
Semoga kelahiranmu semakin membawa sukacita
Sr Maria Rosa PI
Komentar
Posting Komentar