Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2023

Sensitif?

Gambar
  Sensitif, bagaimana mungkin? Tadi siang, setelah latihan persiapan Temu Hari Anak Misioner di Paroki, bersama Sr. Paulina aku segera pulang ke komunitas karena sudah janjian untuk Yoga dengan pasien. Di perjalanan, aku teringat bahwa perlu membeli buah untuk komunitas. Maka mampirlah kami di toko buah langgaran. lihat sana-sini, sampailah pada keputusan untuk membeli duku. Saat hendak memilih, sang penjual katakan “ pakai ini mbak, soalnya buahnya sensitif ” katanya sambil menyodorkan piring melamin padaku. Aku mengernyitkan kening. “ kalau disentuh tangan, buahnya sensitif, jadi cepat hitam mbak ” lanjutnya seperti membaca pikiranku. Buah duku, gampang menghitam- sensitif- seperti bahasa penjual buah. Kata -kata itu masih menggelitik dihatiku, buah duku mempunyai sensitifitas pada panas sehingga saat disentuh oleh tangan manusia, cepat berubah menjadi hitam. Buah si buruk rupa demikianlah duku sering dijuluki, walaupun sebenarn

Tampak Kuat dalam Kerapuhan?

Gambar
  Hari-hari ini aku merasakan gigiku bermasalah lagi. Setiap kali gosok gigi terasa ngilu dan sakit saat terkena air yang dingin. Kuputuskan untuk periksa ke dokter. Apakah tambalan kecil sebelumnya rusak, atau ada masalah lain? Dokter mulai memeriksa, sambil mengetuk satu gigi dengan gigi lain dokter bertanya, apakah rasanya beda atau sama saat mengetuk gigi yang berbeda. Aku tidak sedang ingin bercerita tentang proses pemeriksaan gigi dari awal sampai akhir. Yang menarik bagiku adalah kata-kata Drg. Dinda “Suster, giginya dari luar tampak kuat tetapi sebenarnya di dalam sudah rapuh” sambil menyarankan agar ditambal dahulu, jika tetap sakit maka perlu Perawatan Saraf Akar. Aku merenungkan kata-kata singkat tetapi sangat dalam – menurut versiku- adakalanya sesuatu begitu tampak indah, kuat, gagah dari luar tetapi di dalam begitu rapuh dan rusak. Bukankah demikian kadangkala terjadi dalam hidup? Dunia “memaksa” kita untuk menjadi tangguh, sampai kita lupa caranya menikmati dan ber

Soal Baru, Jalan Baru, Rahmat Baru

Gambar
“Aku kok MTBS nggak mudeng ya? Apa pas dijelaskan aku entah kemana?” kata ku memulai pembicaraan di group wa setelah ujian komunitas selesai. “Aku merasa belum ada materi MTBS di komunitas, apa aku ketiduran ya?” Sulis melanjutkan “Aku juga merasa belum pernah mendengar” Kata mbak Hesty yang semakin menguatkanku bahwa materi itu memang belum kami pelajari dan mengapa banyak muncul di soal ujian. Tentu hal yang mengagetkan, aneh dan sulit untuk diterima, saat diri merasa belum siap dan mendapatkan soal ujian yang tak sesuai dengan apa yang dipelajari – tentu ini adalah versiku. Tetapi jika memandang lebih luas, materi itu adalah bagian dari kebidanan yang kami geluti dalam asuhan kebidanan komunitas. Aku tertegun sejenak. Bukankah kadangkala hidup pun demikian adanya? Ada soal-soal baru dalam kehidupan, yang tampaknya belum pernah ku pelajari dalam hidup. Ada situasi situasi baru yang membuatku kaget karena merasa baru pertama kali mengalaminya. Jalan baru itu, persoalan ba