Es Teh dan Panas Dalam
Seorang suster menyapaku saat berada di ruang makan. “Tumben, minum air es” begitu sapanya melihat aku- yang memang sangat sangat jarang minum yang dingin-dingin-, sore itu memasukkan es batu dalam gelas yang berisi teh. Hari hari ini memang sangat panas, apalagi setelah dari kampus dengan jalanan yang ramai dan panas membuat keringat bercucuran. Sangat tidak nyaman. Maka aku berinisiatif membuat es teh.
“Duh Gusti, segarnya” seru ku begitu mengalami kelegaan
melalui tegukan demi tegukan es teh yang melewati tenggorokanku.
Sambil ngadem, kami mulai pembicaraan mengenai kegiatan
harian yang terjadi. Lalu, tiba-tiba seorang suster berkata “ya kalau panas
karena udara begini bisa didinginkan dengan es teh, la kalau panas dari dalam? Es
teh tidak cukup” katanya sambil berlalu
Memang tidak cukup. Perlu dirilis dan bersihkan. Sahutku dalam
hati.
Masih menikmati tegukan yang menyegarkan dari es teh itu, saat susterku sudah berlalu meninggalkan ruang makan, aku merasa-rasakan
perkataan susterku.
Memang betul. Panas secara fisik, bisa diatasi dengan yang
dingin-dingin. Tapi kalau panas hati? emosi? Sungguh tidak mudah. Aku melihat,
betapa emosi itu dapat merusak relasi. Tidak hanya melukai sesamaku, tetapi
membakar habis energi pribadi, terkuras dan akhirnya membuat hidup dan damai.
Perlu waktu untuk tenang, menepi sejenak membersihkan
emosi-emosi yang selama ini mungkin menumpuk sehingga saat ada hal yang tidak “beres”
menurut versi kita, kita lebih damai dan tenang mengahadapinya.
Mari dinginkan hati dan pikiran.
Di sore hari yang panas
Sr. Maria Rosa, SDP
Komentar
Posting Komentar