“Menyapu bersih rumah”
Aku menyapa karyawan rumah kami yang sedang menyapu lantai susteran. Dia manjawab sapaan ku dan lanjut berkata “lantainya disapu terus, nggak dipakai pun kok ya tetap ada debu ya suster” “makanya harus rutin dibersihkan mbak, biar nggak menumpuk debunya sampai lengket dan sulit dibersihkan” aku menimpali. Pembicaraan terhenti, sang karyawan kembali menyapu dan aku kembali melanjutkan perjalananku menuju klinik. Ya, pembicaraan itu telah terhenti tetapi hatiku masih saja bekerja mengolah kata-kata sang karyawan. “selalu ada debu yang mengotori ruangan ini, seberapa pun sering dibersihkan” Bukankah ini menunjukkan rumah spiritualitas manusia, yaitu hati? Seberapa sering dibersihkan, diolah, selalu saja ada “debu”, “kotoran ” yang dapat membuatnya tak bersih lagi. Apa yang perlu? “ketekunan untuk menyadari “debu” dalam diri dan rutin membersihkannya” Hati manusia kadang kala rapuh dan mudah terlukai, tetapi Allah adalah rahim dan penuh kasih yang dengan ta...