“Menyapu bersih rumah”
“selalu ada debu yang mengotori
ruangan ini, seberapa pun sering dibersihkan”
Bukankah
ini menunjukkan rumah spiritualitas manusia, yaitu hati? Seberapa sering
dibersihkan, diolah, selalu saja ada “debu”,
“kotoran” yang dapat membuatnya tak bersih lagi.
Apa
yang perlu?
“ketekunan
untuk menyadari “debu” dalam diri dan
rutin membersihkannya”
Hati
manusia kadang kala rapuh dan mudah terlukai, tetapi Allah adalah rahim dan penuh
kasih yang dengan tangan-Nya yang terbuka menerima setiap orang yang mau datang
dan memohonkan pengampunan dari pada-Nya.
Pada
mulanya, hati manusia adalah suci. Bagaikan hati seorang bayi mungil yang
diturunkan dari surga, tetapi kemudian dalam perjalanan waktu, hati itu bisa
menjadi rapuh dan penuh “kotoran”
karena diri sendiri yang tidak berjuang menjaga kesuciannya, atau pun sudah
menjaga selalu ada tantangan dari luar yang dengan sengaja atau tidak mengotori
kesucian hati manusia.
Setiap
hari adalah saat “membersihkan diri”
Tuhan selalu terbuka bagi orang yang ingin membaharui diri.
“Datanglah
pada-Ku” demikian katanya setiap waktu.
Maukah
aku datang? Maukah aku membenahi diri? Maukah aku setia melakukan dan
mengusahakan hidup rohani yang makin baik?
Perjalanan
satu kilometer dimulai dari satu langkah, dan terus berlanjut ke
langkah-langkah berikutnya.
Berbahagialah
orang yang selalu membaharui diri dan semakin mengarahkan langkah pada yang
Ilahi.
Tuhan
memberkati.
Sr
Maria Rosa PI
Komentar
Posting Komentar