Tiga hari, kami angkatan alih jenjang berjuang melampaui satu tahap untuk bertumbuh. Ujian sudah usai, tetapi kebersamaan, semangat dan keramaian di selasar depan laboratorium kebidanan lantai 6, masih terngiang hingga malam ini.

Dibalik usaha untuk melewati ujian, ada satu hal yang menarik yang membuatku berkata dalam hati sesederhana inikah bahagia?

Sudah dua hari, kami – atau mungkin hanya beberapa termasuk aku – sangat ingin memasuki ruangan teater yang biasanya dipakai untuk kuliah kelas besar. Tetapi kesempatan itu selalu terhenti karena ada kelas regular yang selalu memakai ruangan itu. Alasannya sederhana, “kok keren… kayak bioskop ya, ingin photo yaaa”

Hari ini, karena mungkin Sabtu jadi tidak banyak mahasiswa yang ke kampus, jadilah ruangan itu kosong. Dengan semangat -sementara ujian sedang berlangsung- kami segera berlari menempati kursi-kursi yang empuk, duduk dengan mata yang berbinar-binar karena akhirnya dapat menduduki ruangan yang sangat ingin kami masuki. Dengan pose ala mahasiswa yang kuliah tatap muka dikelas, tak henti-hentinya kami berganti gaya demi mendapatkan photo yang terbaik- tentunya di dukung adik regular yang mengambil gambar tau angle yang tepat, beserta kamera yang membuat wajah menjadi glowing.

Kegembiraan itu bertambah, dari yang sekedar hanya ingin berphoto (sambil membuat scenario), akhirnya kami dapat kelas dadakan bersama Bu Isti (Bidan senior yang menjadi penguji jompetensi laboratorium hari ini) yang berbagi kepada kami bagaimana menjadi seorang Bidan yang cerdas dan berkarakter. Luar biasa. Seorang ibu yang berjuang untuk Profesi memberi inspirasi bagi kami para bidan yang saat ini juga sedang berjuang meningkatkan diri. Terimakasih Bu Isti.

Bahagiaku, juga teman seangkatan sesederhana itu. Dari sebuah keinginan menjadi suatu kenyataan. Bukankah demikian dalam hidup? Ada hal-hal sederhana yang kadang lebih membahagiakan dibanding keberhasilan besar yang membuat bangga. Ada hal-hal sederhana yang dihadiahkan Tuhan, yang membuat kita Jatuh Cinta pada cara-Nya memberi hadiah dan rahmat dalam hidup kita.

Bahagia sesederhana itu, hanya hati kita yang kadangkala tak sederhana. Terlalu banyak menuntut, terlalu banyak membandingkan, terlalu banyak mengeluh sampai akhirnya lupa bersyukur atas banyaknya berkat yang Tuhan berikan dalam hidup ini.

Terimakasih semesta, hari ini kau ajarkan aku untuk bahagia, bahkan dari hal kecil dan sederhana. Tua Providentia Pater Gubernat



 Griya Paseban, Semarang

19 November 2022

Rosa Sagala, SDP

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Mereka Tidak Suka Pura-Pura"

KISAH MENJELANG NATAL

DIAN