Yupi, Kopiko, dan kesetiaan untuk berproses. Jadilah Tangguh!

Siang ini, aku janjian dengan dosen pembimbing untuk bimbingan skripsi. “Jam 14.00 ya Suster” katanya, saat aku kontrak waktu beberapa hari lalu.

Sambil mengeluarkan sepeda motor, aku sedikit menggerutu karena penanda bahan bakar motor sudah digaris dua, artinya perlu ke pom bensin. Untung saja waktunya cukup.

Sampai di kampus, ruang tunggu di depan kantor dosen sudah penuh mahasiswa. Aku mengambil posisi duduk di kursi kosong didekat dua mahasiswi yang juga sedang duduk menunggu. Waktu menunjukkan pkl. 14.00, dosen pembimbing tak kunjung datang, tak ada kabar dan tak ada di kantor. “sedang ada pelatihan, selesai jam 15.00, mbak” kata teman yang duduk disebelahku.

Kembali, dengan menggerutu aku menunggu sambil berbincang – bincang dengan teman disebelahku, sampai akhirnya tinggal aku dan seorang mahasiswa keperawatan yang masih setia menunggu.

“suster itu apa mbak” katanya ketika pak Rahmat, satpam STIKES berbicara denganku dan menyapaku dengan sebutan suster. Pertanyaan yang akhinya membuatku akrab dengan sahabat baruku ini.

Waktu terus berlalu, dia masuk ruang dosen sementara aku masih setia menunggu. Masih dengan centang dua yang belum berubah menjadi biru di whatshaap chat ku. Aku berhenti memandangi hape, saat teman baruku ini keluar dengan deraian air mata. Kenapa menangis? Kataku, dan dia bercerita perjuangan yang tidak mudah dalam perkuliahannya dan semoga ia mendapatkan jalan terbaik.

“tetap semangat ya” kataku sambil memandang dia mengusap wajahnya dan mengganti maskernya yang basah karena air mata.

Dia mendekatiku, membuka tangannya, “mbak, ini buat teman menunggu. Semangat ya!!!” sambil menyodorkan satu buah permen kopiko dan yupi padaku. Awalnya aku menolak mengambil keduanya, tapi dia memaksa agar aku mengambil semua. "buat teman menunggu, mungkin nanti lama, aku duluan ya mbak" katanya sambil berlalu meninggalkan aku.

Aku tertegun, pemberian sederhana ini membuatku begitu tersentuh. Seorang sahabat baru, yang dalam kesedihannya, dalam perjuangannya, masih memikirkan cara untuk membantu orang lain. Sekecil apapun yang dia lakukan, sungguh menjadi nutrisi dalam batinku. Nutrisi yang membuat aku semangat untuk berproses.

“naik ke lantai 706, suster. Maaf, tadi saya lupa menginformasikan ada pelatihan dadakan” aku tak menggerutu lagi, bahkan dalam seluruh proses bimbingan berjalan sangat baik dan menyenangkan.

Terimakasih, kopiko, yupi dan cinta yang menemani perjuanganku sore ini.

Hodie Incipiam- Hari ini aku mau memulai (lagi)

 

Rosa Sagala, SDP

Semarang, Februari 2023

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMANDANG SALIB

KISAH MENJELANG NATAL

DIAN