CINTA MELEBUR DALAM ABU

                                          
Itulah yang diungkapkan seorang sahabat ketika kutanya bagaimana perasaannya saat ini. Aku tahu, ia sedang bergulat dengan kisah cintanya yang sudah berada di ujung tanduk, dan memang pada akhirnya tak dapat diselamatkan, menurut pengakuannya.
Cinta yang ia bangun bertahun tahun dalam ketekunan dan perjuangan, serasa hancur, remuk, terbakar, menghilang tanpa bekas. Begitulah kalau aku bisa membahasakan kisah pilunya.
Adakah cinta begitu kejam sampai kandas pada remukan debu?
Apakah cinta sebegitu keras sampai bisa hancur dan meninggalkan luka berjejas?
Semua yang dialaminya serasa menyakitkan bahkan serasa tak masuk diakal.
“aku harus memulai dari nol, dalam kesendirian, oleh diriku sendiri, walau ku tahu ini tidaklah adil bagiku” itu ungkapnya mengakhiri pembicaraan kami.
Aku menghela nafas panjang. Aku mengenal dia sosok perempuan yang tegar dan pejuang keras, bahkan saat ia merasa cintanya dinodai dan dikhianati ia masih tetap untuk bahagia dan berusaha berbagi hidup.
Aku menjadi teringat pada ungkapan cinta mother Teresa dari Calcuta: “Mencintailah sampai engkau mengalami rasa sakit”
Kini, sahabatku ini sedang mengalaminya. Dia mengalami luka yang sangat dalam karena cintanya serasa bertepuk sebelah tangan. Aku pun serasa menyayangkan kisah cinta ini berakhir sampai disini, tetapi jika itu yang terbaik, terjadilah kehendak Tuhan.
Hari ini, hari rabu abu yang juga bertepatan dengan valentine day. Banyak orang muda mengeluh, “wahhh, saat ingin merayakan kasih sayang malah saatnya untuk pantang dan puasa” namun kisah sahabatku ini membuka hatiku, bahwa kisah cinta yang sejati sebenarnya dibalut dengan luka dan penderitaan. Siapa yang bertahan dan mampu setia dalam penderitaan, ialah yang akan menemukan keindahan dalam hidupnya, menemukan cinta dibalik penderitaan. Abu lambang kerapuhan menjadi tanda penyerahan diri pada sang Ilahi. Penyerahan yang membawa diri pada cinta yang sesungguhnya. Selamat memulai masa prapaskah sahabatku, aku belajar banyak dari mu, juga untuk setia dan berani terluka untuk memperjuangkan cinta dalam hidupku, terutama kecintaan pada konggeragasi dan panggilanku.

Sr Maria Rosa PI

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Mereka Tidak Suka Pura-Pura"

KISAH MENJELANG NATAL

DIAN