Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

BEDA ITU INDAH

Gambar
"Wah, kita sama mbak. Aku juga suka sayuran. Tapi aku sama suami ku itu beda. aku suka sayuran, dia nggak suka. Aku suka dandan tapi suami ku paling tidak suka kalau aku dandan. pokoknya banyak yang berbeda. kadang sedih. masak satu rumah pilihannya beda-beda." "Susah ya" jawabku.  kami tertawa ringan.  Tiba-tiba saja kami terdiam. Lalu aku menimpali teman praktek ku ini. "Tapi beda itu menyenangkan loh mbak, memacu adrenalin, dengan berbeda, kita belajar banyak hal." kataku. "iya sih, mbak. aku jadi belajar banyak hal, mengenal maunya suami juga belajar mengalah" ungkapnya menutup pembicaraan kami tentang sayur dan perbedaan. Pembicaraan ringan kami ini mulai memenuhi relung permenunganku. "Berbeda" Itulah yang sering terjadi dalam hidup bersama. Bahkan orang yang lair kembar identik pun sarat akan perbedaan. Tetapi mengapa perbedaan itu terkadang bahkan sering menjadi pemicu pertentangan. Karena aku berbeda suku, ras

BERTEMAN DENGAN SEPI

Gambar
“Saya nggak bisa suster!!!” Ungkap seorang ibu saat aku mengajak untuk masuk dalam keheningan meditasi Kristiani. “kenapa?” tanyaku. “hening itu sepi, sendiri dan saya takut masuk kedalamnya, yang jelas saya tidak kuat. Ingin cepat-cepat mengakhirinya.” “Kenapa bisa begitu??” tanya ku lagi “saya tidak tahu suster” begitu katanya Kami sama-sama terdiam. Kata tidak tahunya membuat ku semakin ingin mengajak ibu ini untuk hening, tapi tentu aku tak ingin memaksanya. “Datanglah minggu depan bu, kalau mau mencoba untuk masuk dalam keheningan. Percayalah, ada banyak hal yang dapat disyukuri.” Kataku mengakhiri pembicaraan kami malam itu. Dan benar saja, dia datang. Aha.. dia menerima tantangan ku, ungkapku dalam hati sambil membalas senyumannya. Aku tidak ikut meditasi. Aku hanya mengantarkan ia bergabung dengan kelompok meditasi yang telah siap di kapel susteran. Lalu aku melanjutkan aktivitasku. Sebelum sang ibu pulang, kami masih sempat berbincang. Beliau bercerita t

Senja di Mandrehe

Gambar
Hujan telah berhenti membasahi tanah yang kami injak, tetapi telah membuat jalanan menjadi becek. Ini adalah hari kedua ku di tanah Nias. Aku senang, menjelajahi sudut-sudut tanah ini dan menemukan keindahan disetiap tatapan mata. “Jahowu” ungkapan ini selalu ku dengar saat berjumpa dengan orang-orang disana. Ini di Mandrehe. Ya!! Sore itu aku menawarkan diri ikut rombongan pastor untuk mengambil kelapa, tepatnya mengambil makan untuk babi. Aku juga heran, di sini kelapa dijadikan makanan babi. Masih dalam kesunyian saat perjalanan-karena aku belum mengenal setiap pribadi- sampai pada pertanyaan-pertanyaan yang muncul karena banyak hal baru yang aku rasakan, menjadikan suasana senja itu makin akrab. Aku melompat dari jeep tua yang kami tumpangi. Barisan nyiur melambai menyambut kehadiran kami. Tempat kami megambil kelapa ini adalah daerah pantai dimana salah satu pastor dari Mandrehe berkarya disini. Di tanah, ini, mataku memandang rumah tua yang berdiri kokoh, tapi sera

SANDAL JEPITKU SAYANG, SANDAL JEPITKU MALANG

Gambar
Terang sudah beranjak meninggalkan bumi, kala aku mengakhiri pertemuan sekolah kamis hari ini. Cepat-cepat kurapikan barang-barangku, dan pamit pada anak-anak. Hujan mulai turun, dan aku mulai gelisah karena petir mulai menyambar di ufuk sana. Ku kenakan sandal jepit yang telah kusiapkan untuk antisipasi jika hujan datang. Lengkap dengan jas hujan aku pun memulai perjalanan pulangku. Aku merasakan hujan semakin menerpa wajahku. Perlahan-lahan ia mengenai mataku. Bisa saja karena aku mengenakan helm zaman now yang kacanya tidak menutup seluruh wajahku. Jika ku lepas kacamata, aku tak lihat, jika kupake penuh dengan butiran air hujan, sama saja aku tak lihat. Oh God, help me. Itu doaku diantara jatuhnya butiran butiran hujan yang mengenai tubuhku. Baru seperempat perjalanan, aku mulai menurunkan tarikan pada gas sepeda motorku. Aku mulai meminggirkan sepeda motor ku dengan reting kiri menyala agar bisa tetap jalan pelan-pelan di arah sebelah kiri. Tiba-tiba aku terkaget, saat a

TUSUK GIGI DARI SAHABAT

Gambar
                                                                                                             Aku tertawa geli saat seorang suster memberikan sebuah hadiah padaku. “Titipan dari teman angkatan” begitu katanya dengan mantap sambil menyodorkan hadiah kecil itu kepadaku. Oh, inikah hadiah yang ia katakan ingin berikan kepadaku? Ahaa.. sebuah tusuk gigi yang dibungkus rapi dalam kertas berwarna putih. Sebuah, ya, hanya sebuah. Kalau boleh jujur, ini adalah salah satu hadiah terbaik yang kuperoleh sepanjang menjadi teman angkatannya. Dulu, waktu masih masa-masa postulan, aku punya kebiasaan menusuk sela-sela gigi sesudah makan. Maklum, ada saja sisa makanan yang suka nyelilit di sela-sela gigiku. Aku tahu, bahwa “adegan” menusuk gigi ini akan semakin membuat gigiku renggang. Namun, entah mengapa ada saja keasyikan tersendiri saat melakukannya. Apakah ini terkesan “ kemproh” atau terkesan tak sopan? Ah, biar saja. Itu yang ku katakan dulu. Aku menjadi bertob