SANDAL JEPITKU SAYANG, SANDAL JEPITKU MALANG



Terang sudah beranjak meninggalkan bumi, kala aku mengakhiri pertemuan sekolah kamis hari ini. Cepat-cepat kurapikan barang-barangku, dan pamit pada anak-anak. Hujan mulai turun, dan aku mulai gelisah karena petir mulai menyambar di ufuk sana. Ku kenakan sandal jepit yang telah kusiapkan untuk antisipasi jika hujan datang. Lengkap dengan jas hujan aku pun memulai perjalanan pulangku.Aku merasakan hujan semakin menerpa wajahku. Perlahan-lahan ia mengenai mataku. Bisa saja karena aku mengenakan helm zaman now yang kacanya tidak menutup seluruh wajahku. Jika ku lepas kacamata, aku tak lihat, jika kupake penuh dengan butiran air hujan, sama saja aku tak lihat. Oh God, help me. Itu doaku diantara jatuhnya butiran butiran hujan yang mengenai tubuhku.

Baru seperempat perjalanan, aku mulai menurunkan tarikan pada gas sepeda motorku. Aku mulai meminggirkan sepeda motor ku dengan reting kiri menyala agar bisa tetap jalan pelan-pelan di arah sebelah kiri. Tiba-tiba aku terkaget, saat ada klakson mobil dari belakang, berbunyi dan berlalu dengan begitu kencangnya. Aku mulai oleng dan tak bisa mengendalikan sepeda motorku yang tiba-tiba masuk pada “jeglongan” jalan. Ahh, God. Ujarku, seraya dengan sekuat tenaga menahan motorku agar tidak sampai terjatuh. Aku berhenti dan tersadar, satu sandal ku telah melayang entah kemana. Ku lihat ke belakang, tapi aku tak menemukannya. Ya sudah, ku relakan saja.

Aku pulang dengan satu sandal jepit itu. Syukur, karena aku selamat dalam perjalanan hingga tiba di komunitas. Aku menatap sandal jepitku yang tersisa ini. Aku duduk “ndlosor” sambil memandanginya. “sandal jepitku sayang, sandal jepitku malang, kemana engkau menghilang?”Aku simpan sandal jepit tak berpasangan ini, tentu tak dapat aku memakainya lagi. Tetapi aku boleh belajar memaknai kehidupan daripadanya. Lama aku terdiam memandanginya. Rasa kehilangan akan suatu yang sudah biasa ada tentulah membuat tidak nyaman. Ya, kehilangan itu memang tidak mudah dan bahkan sangat menyakitkan. Kehilangan kepercayaan, kehilangan persaudaraan, kehilangan keterbukaan, entah kehilangan apapun yang baik, tentu menyakitkan.Tetapi, itulah kehidupan. Kita akan mengerti makna suatu hal lebih mendalam saat kita merasa kehilangan. Yang penting adalah jangan berhenti berjuang. Tuhan pasti menyelenggarakan yang terbaik.Hidup ini, akan terus berjalan. Saat engkau meratapi nasib atau engkau berjuang mengubah hidupmu. Hidup akan terus maju, saat engkau gembira atau engkau bersedih. Hidup akan terus berlalu saat engkau melangkah atau engkau terhenti. Mana yang engkau pilih??Sandal jepitku, terimakasih pengalaman hari ini.ROSA PI



Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMANDANG SALIB

KISAH MENJELANG NATAL

DIAN