MEMELUK ERAT SALIB
Beberapa
hari yang lalu, temanku bercerita padaku bahwa ia sedang di bengkel, menunggu
perbaikan mobil yang ditabrakkan oleh temannya pada pohon. Ia mengirimkan photo
mobil itu, memang “babak belur”. Namun, ada hal yang menarik untuk direnungkan
sebelum gambar mobil itu terkirim padaku. “bukan aku yang menabrakkan, tetapi
aku yang sengsara nih..hahahah” begitu ungkapnya.
Aku
terdiam sejenak. Begitulah kadang kala dalam hidup. Kita menanggung suatu hal
yang bukan kesalahan kita. Pikiranku melayang, terbawa pada peristiwa jalan
salib. Ya! Tepat pada perhentian kelima. “Yesus ditolong oleh Simon Dari Kirene”
beberapa sumber menyebutkan bahwa algojo-algojo memaksa seorang petani untuk
yang baru pulang dari ladangnya untuk membantu Yesus memanggul salib Yesus.
Aku
mencoba masuk dalam perasaan Simon dari Kirene. Suatu kekagetan tentu ia alami,
suatu penolakan tentu ia rasakan. Siapakah yang mau berurusan dengan orang yang
dianggap musuh oleh semua orang, apalagi sampai harus membantunya. Di dalam
hatinya mungkin ia protes. Mengapa aku? Mengapa bukan yang lain saja??
Tetapi
ia menerima semua itu dengan ketulusan hati. Bahkan dalam pergulatan yang ia
alami, ia berjuang untuk berjalan dan memanggul salib itu. Disitulah, saat ia
mau menerima beban penderitaan yang seharusnya bukan tanggung jawabnya, ia
mengalami suatu yang berbeda: ia punya kesempatan untuk dekat dengan Yesus,
bahkan sangat dekat. Ia bisa merasakan lelah yang terukir melalui aliran darah
yang membasahi tubuh Yesus. Ia bisa merasakan kulit yang penuh luka dan
bilur-bilur penderitaan. Ia bisa merasakan kesakitan tetapi juga kekuatan yang
dialami Yesus untuk menyelesaikan jalan salib-nya. Ia mengalami rahmat
kehidupan baru saat ia berjuang bersama Yesus memanggul salib itu menuju
Golgota.
Tak
dapat dipungkiri, ada banyak hal yang tak terduga dalam hidup ini. Seperti pengalaman
sahabatku itu, ia harus bertanggung jawab pada suatu hal yang sebenarnya bukan
kesalahannya. Tetapi ketika ia setia dan mau terbuka untuk melakukannya dengan
tulus, aku mengimani bahwa ia akan punya satu kesempatan dan pengalaman
berharga, yang hanya dapat ia alami saat itu.
Memeluk
erat salib, yang bagi siapun ingin menolak dan menghindarinya adalah saat-saat
berahmat dimana orang ditantang untuk mengalami suatu pengalaman hidup yang
baru dan berbeda. Pengalaman salib yang akhirnya membuat orang berjumpa dengan
Yesus, dan perjumpaan inilah yang memberikan kehidupan bagi orang yang mau
menerimanya. Tuhan memberkati.
Tua
Providentia Pater Gubernat
Sr
Maria Rosa
Komentar
Posting Komentar