OVERLOAD, ATAU KAPASITAS RENDAH??
Aku terdiam merenungkan
pengetahuan baru yang ku temukan. Utak atik laptop membuatku terhenyak. Aku bertanya,
laptop menjadi overload karena mendapatkan aplikasi baru, atau karena
sebenarnya dia hanya punya kapasitas yang rendah sehingga saat aplikasi lain, bahkan
yang sangat kecil sekalipun dimasukkan dalam tubuhnya membuat dia overload
dan heng?? Yang perlu dilakukan adalah upgrate prosesor atau ganti
laptop dengan prosesor yang lebih tinggi.
Aku sedang tidak ingin
berbicara soal laptop, yang menjadi permenunganku adalah bukankah situasi ini,
juga gambaran dari perjalanan hidup kita sebagai pribadi yang berjuang mencari
makna hidup?? Apakah kita menjadi overload atas realita di luar diri kita, atau
sebenarnya kapasitas diri kita yang rendah menghadapi situasi yang datang dari
luar??
Ada banyak situasi yang
kadang kala membuat kita tidak nyaman, emosi dan berkonfrontasi untuk membela
diri dan pemikiran. Jika kita lihat lebih dalam, apakah sebenarnya kita sedang
overload akan banyaknya tantangan dari luar ataukah diri kita yang tak mampu
berdamai dan bersahabat dengan situasi di luar diri kita? Sejatinya, semua yang
datang dari luar adalah netral yang menjadikannya berkat atau kutuk adalah
kemampuan diri kita mengolahnya menjadi sebuah sikap dan tanggapan.
Kapasitas diri yang
tinggi
Kita tak dapat
memungkiri, bahwa situasi diluar terus berkembang. Di satu sisi kita “dituntut”
untuk mengikutinya agar tidak tertinggal, di lain sisi kita perlu menantang
diri untuk mempersiapkan seluruh keberadaan kita untuk berjuang, dan perjuangan
ini tentu sakit dan butuh pengrbanan.
Kapasitas diri yang
akhirnya mengarah pada kualitas diri membuat kita menjadi lebih dewasa
menanggapi situasi yang datang dari luar. Mungkin memang kita jengkel dan
berontak terhadap ketidakberesan yang ada di luar diri kita-tentu ini menurut
versi kita, karena sejatinya tak semua yang kita yakini benar adalah kebenaran
sejati-, namun ketika kita mampu memandangnya dengan kacamata yang berbeda dan
penuh kedalaman, kita akan disadarkan bahwa selalu ada jalan untuk berdamai. Kita
tak selalu harus menjadikan bagian dan situasi diluar sana sebagai “milikku”
hati kita dapat menjadi selector yang memilih mana yang perlu dipakai
atau tidak, mana yang perlu kita pertanggung jawabkan dan mana yang perlu
dilepas.
Kita belajar dari ranting
yang rapuh, dia akan mudah patah. Juga bejana yang rapuh akan mudah pecah. Demikian
juga diri kita, kekerasan dan kerapuhan tentu akan membuat kita mudah patah dan
pecah. Maka kita perlu terus menerus belajar menguasai diri dan perasaan,
mengambil waktu untuk meneliti keadaan batin kita yang terdalam. Tentunya keberanian
untuk melihat luka dan kekecewaan yang besar di dalam diri. Kita perlu punya
hati yang mengampuni. Kesadaran akan diri yang rapuh ini, juga menjadi jalan
bagi kita untuk terus membaharui diri
Bagaikan laptop dengan
prosessor yang besar dan tinggi, kita pun perlu meningkatkan diri agar memiliki
hati yang besar, luas dan terbuka agar dapat “menyimpan” segala perkara yang
datang dari luar dan bertindak seperti yang Tuhan inginkan, bukan lagi didasari
ketakutan, penolakan, banteng pertahanan dan kenyamanan diri.
Kapasitas diri yang tinggi pada akhirnya membuat kita mampu beradaptasi dengan situasi yang datang dari luar, dan dengan demikian, relasi dengan sesama dan diri kita sendiri tidak menjadi macet, tetapi saling menumbuhkan satu sama lain.
Temanggung, April 2022
Rosa Sagala, SDP
Sangat menginspirasi,
BalasHapusTapi ....
Bgmn cara mempertinggi kapasitas diri?
Sedangkan 'ego' sdh merasa 'paling' ..
PR buat sy Sr .. doakan yaa😔