HIDUP BERARTI BELAJAR BERTAHAN DALAM KEPAHITAN HIDUP





.

Malam ini, aku berjalan bersama dua anak asrama putra menuju asrama. Malam ini, kami akan belajar bahasa Inggris bersama. Percakapan ku mulai
“sudah makan?”
“sudah suster”
“bagaimana sayurnya, cukup ka tidak?’
“Cukup suster”
“cukup apa dicukup-cukupkan”
“cukup suster.”
 “Kalau seandainya ada lagi, masih mau makan atau su cukup.”
“Mau suster”
“aha, itu namanya dicukup-cukupkan.”
Kami tertawa sejenak. Lalu Tores melanjutkan.
“Tidak apa suster, kita latihan untuk hidup susah, supaya hidup dimanapun.”
Aha, kata-kata ini bagaikan hujan yang membasahi bumi di tanah yang sedang mengering. Begitu menyejukkan, begitu menghidupkan. Perkataan ini mengingatkanku pada pembicaraan ku dengan karyawan beberapa hari yang lalu
suster nggak suka dau pepaya ya?” kata mereka
“tidak, hidup su pahit, tak usah ko tambah pahit lae” kataku sambil bercanda.
dinikmati suster, diterima, nanti yang pahit juga bisa jadi manis” jawaban singkat tapi menusuk.
Begitulah hidup, teori memang mudah untuk meringkasnya dalam kata: menerima seluruh bentuk kehidupan dan hadiah yang diberi, walau tak mudah untuk mengintegrasikannya sungguh tidak mudah. Tetapi anak-anak di asrama ini telah mengajariku: butuh latihan, bahkan untuk menderita pun butuh latihan.
Tuhan, berilah aku hati yang rela dan terbuka untuk menerima setiap situasi dan perjuangan hidup.
Deo Gratias

Sr Maria Rosa PI

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Mereka Tidak Suka Pura-Pura"

KISAH MENJELANG NATAL

DIAN