O, Uis Neno
Tuhan,
mau buat apa di tanah kering ini?
Perjalanan
ku menuju tanah Timor ini, yang kata orang dengan julukan “Kota diatas karang”,
adalah perjalanan yang penuh misteri. Semua terjadi begitu saja, tanpa
persiapan, tanpa tahu harus melakukan apa disni. Tetapi semangatku tidaklah
surut walau melewati jalan berliku dan berbatu.
Satu
hal yang menyesakkan hati: tanah mengering, tanaman layu, debu berseliweran
dimana-mana. Seperti pagi ini, saat aku bersemangat untuk menyiram tanaman yang
mulai mengering, karyawan mengatakan, suster, “bagaimana kita mau siram, air saja harus beli”. “Oh Uis Neno. Berilah
kami hujan. Ya sudah, kalau kalian mencuci tangan atau piring, tampung saja
airnya untuk kita siramkan ke tanaman yang ada.” Begitulah yang terjadi,
kami sedang menunggu belas kasih Allah untuk menurunkan hujan di tanah kering
ini.
Sore
hari, saat aku berjalan diantara kering bebatuan di belakang poliklinik, aku
menemukan daun hijau bertumbuh subur diantara batang kayu yang sudah mati.
Lihatlah, di tanah yang kering ini, dia bertahan hidup. Ya, dia mengalahkan
kekeringan dan kematian.
Bukankah
dia telah mengajarkan ku sesuatu: berjuanglah untuk bertahan hidup. Tidak hanya
itu, berjuanglah untuk dapat menghidupi orang lain. Hal kecil dan sederhana,
perlu dilakukan untuk suatu kehidupan yang lebih besar.
Perempuan
dari Siro Fenisia mengingatkanku akan suatu keutamaan: berjuang untuk orang
lain, selalu membutuhkan keberanian untuk keluar dari kenyamanan diri dan
kreatifitas untuk memperjuangkan hidup. Kata-katanya telah memberikan suatu
kekaguman pada Yesus: “Bahkan anjing-anjing pun makan dari remah-remah yang
jatuh dari meja tuannya”. Apakah arti remah-remah, kecil dan tak bernilai, tapi
itu dapat menghidupkan anjing yang sedang menunggu di bawah meja tuannya.
Bertahanlah
untuk hidup dan berjuanglah untuk menghidupi yang lain, sungguh harus dimulai
sekarang ini juga. “bahkan ketika aku hanya
punya keberanian untuk meminta, itu pun menjadi cara mengubah kematian
menjadi kehidupan”.
Maka
aku menjawab pertanyaan ku sendiri. “apa yang dapat kulakukan di tanah kering
ini?” Banyak hal. Dan semua itu harus menghidupkan.
Sr Maria Rosa PI
Komentar
Posting Komentar