Senja di Tanah Timor



Surup-surup telah menjumpai tanah yang ku injak. Begitu cepatnya sang terang meninggalkan kota di atas karang ini. Tetapi senja ini, begitu indah, begitu menarik hati untuk berdiam diri dan menikmatinya.
Ya, keeksotisan dari suatu senja ke senja berikut adalah hal yang selalu kunantikan. Perpaduan yang sangat luar biasa. Perjalanan sang hari dari terang menuju gelap. Dua warna yang menyatu lekat di tapal batas bumi dan langit, dan hati ku selalu terhanyut dalam alunan simponi kekaguman pada yang Ilahi. Bagaimana tidak, Ia melukiskan keindahan alam yang begitu menggoda untuk tak berkutik. Awesome.
Sang senja telah mem”booking” seluruh hati ku untuk tenteram. Darinya aku belajar arti sebuah kerelaan. Kerelaan untuk meninggalkan suatu yang lama, menuju suatu yang baru. Sang senja juga menjadi saat untuk tenang dan mensyukuri suatu yang telah terjadi, mengendapkannya dalam pangkuan sang malam lalu membuat harapan baru saat mentari pagi di ufuk timur mulai menunjukkan sayapnya.
Seperti senja yang kulalui sore ini, setelah aku melakukan perjalanan jauh dari daerah Tatan. Aku telah berapi-api untuk membantu seorang Bai untuk mengurus kartu BPJS, ku relakan waktu istirahat siangku terlewat hanya untuk dapat menjumpainya dan mengambil syarat syarat yang diperlukan. Tapi semua itu terhenti pada kata: suster, bagaimana aku bisa membayar bulanannya, kalau sehari-hari saja kami sulit untuk mendapatkan uang untuk makan. Adakah semua sia-sia? Perjalanan jauhku, usahaku untuk membantunya mengurus BPJS, usaha untuk membantu pemeriksaan dan pengobatan jantung, telinga dan matanya yang bermasalah, adakah harus terhenti sampai pada litani keluhan yang terdengar oleh telingaku?
Aku pulang dengan perasaan berkecamuk, apa yang harus kulakukan Tuhan. Apakah semua harus terhenti dengan kata: Ya, Sudahlah, mau bagaimana lagi?? Dan aku tak dapat melakuakn apa apa padanya? Apakah aku ingin jadi pahlawan??
Ku tatap kejauhan yang telah menghantarku pulang menuju biara. Senja menghampiriku bersamaan dengan pertanyaan dan kesesakan yang berseliweran di anganku. Ku tatap saja tanpa berkata apa, dan entah bagaimana, ia serasa mengambil seluruh kekecewaan dan segala pertanyaan yang tak mampu ku temukan jawab, dan menggantikan dengan suatu kata: PENGHARAPAN. Aku merelakan semua yang telah terjadi, ketidakmampuan memahami situasi, ketidaktahuan harus berbuat apa, dan membawaku sampai pada suatu ungkapan: Let It Be.
Senja ini, telah memberikan semangat baru bagiku bahwa tak ada suatu hal yang mustahil bagi orang yang berkehendak baik. Ia akan memberikan jalan, dan entah inspirasi dari mana datangnya, aku telah mengantongi sebuah ide untuk menjawab kegundahan hatiku.
Tenanglah Bai, kita akan segera ke rumah sakit untuk periksa.
Terimakasih sang senjaku.

Sr Maria Rosa PI



Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Mereka Tidak Suka Pura-Pura"

KISAH MENJELANG NATAL

DIAN