"Memandang Matahari Sejati"
Setiap pagi, ketika aku
akan berangkat menuju klinik tempat ku bekerja, selalu ada
pemandangan yang sama yang ku temui setidaknya bila sedang tidak hujan. Saat
membuka pintu susteran, yang tampak pertama kali adalah matahari yang bersinar
cemerlang. Sangat terang dan setiap kali pula aku akan menutup mata langsung menutup mata karena sinarnya yang menyilaukan. Kadang, sebelum pintu ku buka aku sudah
pasang kuda-kuda: menutup mata dan wajahku terlebih dahulu, baru kemudian aku membuka pintu.
Menarik!!!!
Membuatku berefleksi lebih mendalam. Begitulah aku dihadapan Dia, sang Empunya kehidupan, Sang Matahari Sejati. Memandang Dia, membuatku sadar betapa tak pantas dan layaknya diri ini. Penuh
kerapuhan dan ketidakberdayaan. Seperti ungkapan ketidakpantasan yang setiap
kali kudaraskan saat perayaan ekaristi “Tuhan aku tak pantas, Tuhan masuk
padaku”
Namun, cinta-Nya yang
agung setiap kali merengkuh kekurangan dan kerapuhanku. Dia membuat aku
berharga dan secitra dengan-Nya. Maka pengalaman dicintai dan berharga oleh
Allah, menggerakkanku untuk terbuka mencintai dan melayani sesama.
“Men of God, men for
others”
-Sr Maria Rosa PI-
Komentar
Posting Komentar