Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

“Menyapu bersih rumah”

Gambar
  Aku menyapa karyawan rumah kami yang sedang menyapu lantai susteran. Dia manjawab sapaan ku dan lanjut berkata “lantainya disapu terus, nggak dipakai pun kok ya tetap ada debu ya suster” “makanya harus rutin dibersihkan mbak, biar nggak menumpuk debunya sampai lengket dan sulit dibersihkan” aku menimpali. Pembicaraan terhenti, sang karyawan kembali menyapu dan aku kembali melanjutkan perjalananku menuju klinik. Ya, pembicaraan itu telah terhenti tetapi hatiku masih saja bekerja mengolah kata-kata sang karyawan. “selalu ada debu yang mengotori ruangan ini, seberapa pun sering dibersihkan” Bukankah ini menunjukkan rumah spiritualitas manusia, yaitu hati? Seberapa sering dibersihkan, diolah, selalu saja ada “debu”, “kotoran ” yang dapat membuatnya tak bersih lagi. Apa yang perlu? “ketekunan untuk menyadari “debu” dalam diri dan rutin membersihkannya” Hati manusia kadang kala rapuh dan mudah terlukai, tetapi Allah adalah rahim dan penuh kasih yang dengan tangan

MEMANDANG SALIB

Gambar
Sebab, setiap orang yang memandang ular tembaga yang dipancangkan di salib itu, sembuh lah ia . Siapa yang menghendaki salib dalam hidupnya? Siapa yang menghendaki masalah dan penderitaan dalam perjalanannya? Tak seorang pun menginginkannya. Ketika seorang dihadapkan pada realita salib yang sering terjadi adalah: Menolak, tidak terima, ingin menghindar, harusnya bukan aku. Pengalaman menarik , saat aku mendengar seorang sahabat berkata “aku tidak suka padanya, maka ketika dia berbicara, aku memalingkan wajah, tidak sudi memandangnya.”   Itu yang sering terjadi, pada suatu yang tidak mengenakkan, pada suatu yang tidak kita sukai, yang ada hanyalah memalingkan wajah, menghindar dari padanya. Pesta salib suci, mengajarkan suatu rahasia kehidupan: setiap orang ditantang untuk memandang dan menerima realita salib dalam hidupnya, dan itulah yang menyembuhkan. Apakah memandang   kerapuhan, penderitaan dan ketidaksempurnaan adalah suatu yang mudah? Tentu tidak. Butuh keteguhan

TERGESA-GESA, PERLUKAH??

Gambar
Pagi ini, aku duduk merenung di depan taman Maria. Ini taman yang masih baru, bahkan aroma cat nya msih terasa. Ada peristiwa menyedihkan terjadi dari kemarin persis di kolam sekitar gua Maria. Ikan-ikan mati satu persatu. Kemarin, kami mengangkut ikan-ikan kecil dan hari ini, kami harus merelakan kematian ikan-ikan besar. Beberapa suster dan karyawan berkomentar, “ ini karena cat nya masih berbau” yang lain menimpali “ikannya stress ditempat baru” Tetapi kemudian, aku menyimpulkan pembicaraan kami dengan kata: “TERGESA-GESA”. Ya, kolam ini masih baru, memang sudah beberapa hari didiamkan, lalu kemudian diisi air dan ikan-ikan pun dimasukkan. Kami terlalu tergesa-gesa memasukkan ikan ke dalam kolam yang baru, sehingga ikan-ikan menjadi mati. Ketergesaan, akhirnya membawa pada kematian. Injil hari ini: Yesus memanggil murid-murid-Nya, menyuguhkan suatu peristiwa yang menarik. Proses pemilihan murid-murid-Nya, diawali dengan “berdoa semalam-malaman”. Dalam menentukan

Be Creative

Gambar
Hari ini, aku mendampingi anak-anak TPA untuk belajar. Aku bersemangat memanggil mereka dan mengajak untuk duduk melingkar. Mereka senang, semua berlomba untuk mengambil kursi dan duduk melingkar dibantu oleh ibu pengasuh. Banyak yang tak sabar untuk mendekat saat aku masih mempersiapkan bahan pembelajaran. Hari ini, aku ingin mengajarkan mereka: berhitung sambil cap jari di kertas yang telah kusediakan angka angkanya. Apa yang terjadi pada saat pelaksanaan? Beberapa anak ikut pada apa yang ku instruksikan. Tetapi tidak berapa lama, anak-anak mulai berimajinasi sendiri. Mereka menempel sidik jari seadanya, semau dan sesuka hatinya. Awalnya aku merasa bahwa pembelajaran ku ini gagal, tetapi kemudian melihat hasil karya anak-anak, aku menemukan satu kata yang menarik: Kreatif. Menjadi kreatif adalah jiwa anak-anak. Mereka sering kali keluar dari suatu aturan yang ada, mereka tak peduli ini benar atau salah, atau bahkan ketika mereka salah pun, aku tetap menangkap ada suatu ya

MEMELUK ERAT SALIB

Gambar
Beberapa hari yang lalu, temanku bercerita padaku bahwa ia sedang di bengkel, menunggu perbaikan mobil yang ditabrakkan oleh temannya pada pohon. Ia mengirimkan photo mobil itu, memang “babak belur”. Namun, ada hal yang menarik untuk direnungkan sebelum gambar mobil itu terkirim padaku. “bukan aku yang menabrakkan, tetapi aku yang sengsara nih..hahahah” begitu ungkapnya. Aku terdiam sejenak. Begitulah kadang kala dalam hidup. Kita menanggung suatu hal yang bukan kesalahan kita. Pikiranku melayang, terbawa pada peristiwa jalan salib. Ya! Tepat pada perhentian kelima. “Yesus ditolong oleh Simon Dari Kirene” beberapa sumber menyebutkan bahwa algojo-algojo memaksa seorang petani untuk yang baru pulang dari ladangnya untuk membantu Yesus memanggul salib Yesus. Aku mencoba masuk dalam perasaan Simon dari Kirene. Suatu kekagetan tentu ia alami, suatu penolakan tentu ia rasakan. Siapakah yang mau berurusan dengan orang yang dianggap musuh oleh semua orang, apalagi sampai harus memb

INGATKAH KITA?

Gambar
Ingatkah kita,  bahwa tanah yang kita injak ini adalah hasil dari pertumpahan darah yang begitu hebat?  Disini, diantara pekat gelap dan suburnya tanah Indonesia ada perjuangan hidup dan mati para pahlawan. Di tanah ini, darah itu mengalirkan kehidupan agar perbudakan penjajahan diruntuhkan. Agar bangsa yang disebut kaya dan subur ini mempunyai kebebasan. Di tanah ini, darah itu mengalir agar seluruh yang menginjaknya sadar, ada kehidupan yang dikorbankan agar generasi penerusnya dapat hidup dalam persatuan. Di tanah ini, darah itu mengalir agar setiap kaki yang melangkah diatasnya sadar bahwa negara ini dibayar dengan sebuah kecintaan pada sesamanya. Maka enyahlah perseteruan karena perbedaan. Singkirkanlah perselisihan yang meretas keberagaman. Karena darah yang tertumpah ini, terlalu murah harganya jika hanya dibayar dengan kepentingan diri sendiri dan golongan. Karena peluh perjuangan dan air mata kehilangan puluhan tahun silam, terlalu sayang untuk

BERANI HIDUP BERANI MATI

Gambar
Siapa yang ingin kenyamanan dan kebahagiaannya terganggu? Siapa yang menginginkan masalah dalam hidupnya? Siapa yang ingin tersandung batu dalam perjalanannya? Tentu siapapun tidak ingin hal itu terjadi. Tetapi realitanya, hal itu yang sering terjadi dalam kehidupan manusia. Seringkali masalah silih berganti. Jika mau naik kelas, ujiannya tentu makin berat begitu kata banyak orang. Orang mungkin mudah untuk memberi nasihat tetapi bagi yang menjalani tentu tidak mudah, sangat tidak mudah. Beberapa waktu yang lalu, saya membeli tanaman mawar sebagai ucapan proficiat untuk seorang suster. Setelah beberapa hari, bunganya mulai layu dan berguguran. Batangnya satu persatu pun mulai mengering. Karena merasa sayang untuk membuangnya, aku berinisiatif untuk memotong bagian yang kering. Setiap hari, tanaman disiram dan mendapatkan kehangatan matahari. Dan apa yang terjadi??? tak lama berselang dari waktu aku memotongnya, telah tumbuh tunas-tunas baru dan lebih menggembirakan lagi, tunas itu mu

RINDU

Gambar
                                                             KATAKAN PADAKU.... Apakah rindu itu bertuan? Jika ya, kepada siapakah aku akan mengadukan segala rasa yang berseliweran dalam angan dan rasa ini? Milik-Mu kah itu Tuhan?? Ataukah engkau sendiri adalah sang rindu itu? Ada sebuah hasrat yang dalam untuk berjumpa bahkan saat ia ada dihadapanku. Ya, kerinduan yang tak dapat dibahasakan dengan begitu sempurna, sebagaimana aku menarasikan dengan apik setiap peristiwa yang muncul dalam penglihatan, pendengaran dan perasaanku. Rindu, terasa membuat luka karena ada kegelisahan yang meretas lorong hatiku, tetapi rindu itu, juga membakar hasratku untuk menjadi lebih hidup. Awalnya, aku ingin mengatakan: sang Rindu, jangan datang. Itu berat, aku tak akan sanggup. Tetapi, setelah aku membiarkan diriku terluka oleh sang rindu, aku katakan kau tak berat, kau berkat karena di dalamnya aku menemukan sebuah pengharapan, dan pengharapan itu adalah tanda orang yang hidup. Aku hanya

BEDA ITU INDAH

Gambar
"Wah, kita sama mbak. Aku juga suka sayuran. Tapi aku sama suami ku itu beda. aku suka sayuran, dia nggak suka. Aku suka dandan tapi suami ku paling tidak suka kalau aku dandan. pokoknya banyak yang berbeda. kadang sedih. masak satu rumah pilihannya beda-beda." "Susah ya" jawabku.  kami tertawa ringan.  Tiba-tiba saja kami terdiam. Lalu aku menimpali teman praktek ku ini. "Tapi beda itu menyenangkan loh mbak, memacu adrenalin, dengan berbeda, kita belajar banyak hal." kataku. "iya sih, mbak. aku jadi belajar banyak hal, mengenal maunya suami juga belajar mengalah" ungkapnya menutup pembicaraan kami tentang sayur dan perbedaan. Pembicaraan ringan kami ini mulai memenuhi relung permenunganku. "Berbeda" Itulah yang sering terjadi dalam hidup bersama. Bahkan orang yang lair kembar identik pun sarat akan perbedaan. Tetapi mengapa perbedaan itu terkadang bahkan sering menjadi pemicu pertentangan. Karena aku berbeda suku, ras

BERTEMAN DENGAN SEPI

Gambar
“Saya nggak bisa suster!!!” Ungkap seorang ibu saat aku mengajak untuk masuk dalam keheningan meditasi Kristiani. “kenapa?” tanyaku. “hening itu sepi, sendiri dan saya takut masuk kedalamnya, yang jelas saya tidak kuat. Ingin cepat-cepat mengakhirinya.” “Kenapa bisa begitu??” tanya ku lagi “saya tidak tahu suster” begitu katanya Kami sama-sama terdiam. Kata tidak tahunya membuat ku semakin ingin mengajak ibu ini untuk hening, tapi tentu aku tak ingin memaksanya. “Datanglah minggu depan bu, kalau mau mencoba untuk masuk dalam keheningan. Percayalah, ada banyak hal yang dapat disyukuri.” Kataku mengakhiri pembicaraan kami malam itu. Dan benar saja, dia datang. Aha.. dia menerima tantangan ku, ungkapku dalam hati sambil membalas senyumannya. Aku tidak ikut meditasi. Aku hanya mengantarkan ia bergabung dengan kelompok meditasi yang telah siap di kapel susteran. Lalu aku melanjutkan aktivitasku. Sebelum sang ibu pulang, kami masih sempat berbincang. Beliau bercerita t

Senja di Mandrehe

Gambar
Hujan telah berhenti membasahi tanah yang kami injak, tetapi telah membuat jalanan menjadi becek. Ini adalah hari kedua ku di tanah Nias. Aku senang, menjelajahi sudut-sudut tanah ini dan menemukan keindahan disetiap tatapan mata. “Jahowu” ungkapan ini selalu ku dengar saat berjumpa dengan orang-orang disana. Ini di Mandrehe. Ya!! Sore itu aku menawarkan diri ikut rombongan pastor untuk mengambil kelapa, tepatnya mengambil makan untuk babi. Aku juga heran, di sini kelapa dijadikan makanan babi. Masih dalam kesunyian saat perjalanan-karena aku belum mengenal setiap pribadi- sampai pada pertanyaan-pertanyaan yang muncul karena banyak hal baru yang aku rasakan, menjadikan suasana senja itu makin akrab. Aku melompat dari jeep tua yang kami tumpangi. Barisan nyiur melambai menyambut kehadiran kami. Tempat kami megambil kelapa ini adalah daerah pantai dimana salah satu pastor dari Mandrehe berkarya disini. Di tanah, ini, mataku memandang rumah tua yang berdiri kokoh, tapi sera

SANDAL JEPITKU SAYANG, SANDAL JEPITKU MALANG

Gambar
Terang sudah beranjak meninggalkan bumi, kala aku mengakhiri pertemuan sekolah kamis hari ini. Cepat-cepat kurapikan barang-barangku, dan pamit pada anak-anak. Hujan mulai turun, dan aku mulai gelisah karena petir mulai menyambar di ufuk sana. Ku kenakan sandal jepit yang telah kusiapkan untuk antisipasi jika hujan datang. Lengkap dengan jas hujan aku pun memulai perjalanan pulangku. Aku merasakan hujan semakin menerpa wajahku. Perlahan-lahan ia mengenai mataku. Bisa saja karena aku mengenakan helm zaman now yang kacanya tidak menutup seluruh wajahku. Jika ku lepas kacamata, aku tak lihat, jika kupake penuh dengan butiran air hujan, sama saja aku tak lihat. Oh God, help me. Itu doaku diantara jatuhnya butiran butiran hujan yang mengenai tubuhku. Baru seperempat perjalanan, aku mulai menurunkan tarikan pada gas sepeda motorku. Aku mulai meminggirkan sepeda motor ku dengan reting kiri menyala agar bisa tetap jalan pelan-pelan di arah sebelah kiri. Tiba-tiba aku terkaget, saat a

TUSUK GIGI DARI SAHABAT

Gambar
                                                                                                             Aku tertawa geli saat seorang suster memberikan sebuah hadiah padaku. “Titipan dari teman angkatan” begitu katanya dengan mantap sambil menyodorkan hadiah kecil itu kepadaku. Oh, inikah hadiah yang ia katakan ingin berikan kepadaku? Ahaa.. sebuah tusuk gigi yang dibungkus rapi dalam kertas berwarna putih. Sebuah, ya, hanya sebuah. Kalau boleh jujur, ini adalah salah satu hadiah terbaik yang kuperoleh sepanjang menjadi teman angkatannya. Dulu, waktu masih masa-masa postulan, aku punya kebiasaan menusuk sela-sela gigi sesudah makan. Maklum, ada saja sisa makanan yang suka nyelilit di sela-sela gigiku. Aku tahu, bahwa “adegan” menusuk gigi ini akan semakin membuat gigiku renggang. Namun, entah mengapa ada saja keasyikan tersendiri saat melakukannya. Apakah ini terkesan “ kemproh” atau terkesan tak sopan? Ah, biar saja. Itu yang ku katakan dulu. Aku menjadi bertob

WENING GALIH

Gambar
Telah usai. Satu persatu anak memberikan ucapan selamat siang dan sampai jumpa minggu depan. Ada yang dengan penuh perhatian sambil memberi senyum manis, ada yang sekedar salaman karena sudah diburu perasaan ingin pulang. Hening, memenuhi ruangan itu. Bangku-bangku sekolah pun telah ditaruh di atas meja, kebiasaan baik seusai pelajaran berakhir. Tinggal aku sendiri di ruangan ini. Menatap sudut demi sudut dihadapanku. Pikiranku, tiba-tiba melayang pada masa lalu. Saat aku mengalami masa-masa belajar seperti anak-anak yang kujumpai hari ini. Masa-masa dimana kebisingan dan permainan menjadi bagian dari hari-hari kami. Masa-masa dimana kami sangat senang bila guru tak masuk sekolah, ah, betapa bodohnya!! Tapi itu adalah keindahan tersendiri bagi kami, setidaknya bagi diriku. Tiba-tiba saja, aku merindukan masa-masa sekolah dulu. Saat bangun pagi-pagi, tepat jika mati lampu. Ibu ku akan bersikeras agar kami cepat-cepat mandi, atau taruhannya adalah ditertawakan teman

CINTA MELEBUR DALAM ABU

Gambar
                                           Itulah yang diungkapkan seorang sahabat ketika kutanya bagaimana perasaannya saat ini. Aku tahu, ia sedang bergulat dengan kisah cintanya yang sudah berada di ujung tanduk, dan memang pada akhirnya tak dapat diselamatkan, menurut pengakuannya. Cinta yang ia bangun bertahun tahun dalam ketekunan dan perjuangan, serasa hancur, remuk, terbakar, menghilang tanpa bekas. Begitulah kalau aku bisa membahasakan kisah pilunya. Adakah cinta begitu kejam sampai kandas pada remukan debu? Apakah cinta sebegitu keras sampai bisa hancur dan meninggalkan luka berjejas? Semua yang dialaminya serasa menyakitkan bahkan serasa tak masuk diakal. “aku harus memulai dari nol, dalam kesendirian, oleh diriku sendiri, walau ku tahu ini tidaklah adil bagiku” itu ungkapnya mengakhiri pembicaraan kami. Aku menghela nafas panjang. Aku mengenal dia sosok perempuan yang tegar dan pejuang keras, bahkan saat ia merasa cintanya dinodai dan dikhianati ia masih te

JUST BELIEVE

Gambar
Jalan itu kadang berbatu, kadang tak menentu. Teruslah menapak dengan yakin. Cari sesuatu yang bisa kau pegang, yang membawamu melangkah ke tempat kemana engkau ingin sampai. Teruslah bahagia, karena selalu ada alasan untuk bahagia. Jangan tanya bagaimana caranya? Berjuanglah sampai engkau adalah cara untuk berbahagia. Setiap orang punya alasan keberadaannya di dunia ini.. Jika engkau tak menemukannya, cobalah tanya pada bayi yang baru lahir, mengapa Tuhan mengutus ia meninggalkan surga untuk menjumpaimu di dunia ini. Teruslah bahagia, karena selalu alasan untuk bahagia. Orang  Jawa mengatakan “Urip kui urup, yen ora urup ya mboten urip” hidup itu ya hidup...” ada daya jiwa. Jika tidak ada daya jiwa, itu lah kematian. Bagaimana kita bertahan dalam kehidupan yang berjalan tanpa Roh? Bagaimana kita bisa membawa badan yang tanpa daya jiwa? Teruslah bahagia, karena nyatanya ada suatu kuasa diluar diri kita, yang berkuasa mengatur hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

YOU ARE AWESOME

Gambar
Ahhh.. aku pulang dengan rasa ngantuk dan lapar. Ku taruh saja tas dan laptopku diatas kursi. Segera aku berbalik arah menuju  refter.  Belum sempat kakiku melangkah, aku telah berhenti saat mataku menangkap sekelebat bayangan di arah kapel. Ku perjelas dengan mengintip. ahaaaa!!!! betapa indahnya.  mbak Rini telah menata kapel dengan sangat indahnya. Rangkaian sederhana, tetapi sungguh bagus. Aku senang memandangnya.  .. .. Hari berganti, sampai tiba hari Rabu, jadwal dimana aku menata kapel kembali. setelah pulang dari klinik, langsung saja aku menuju kapel. .. lagi-lagi, aku terkaget dengan hiasan sederhana namun indah telah menghiasi kapelku. ditambah lagi ada tulisan KA didekor di dalam batu-batu... Aku penasaran. Apa arti tulisan itu. Kami satu komunitas mereka-reka saja, sambil memuji perkembangan sang karyawan kami ini.  .. Bukankah suatu yang membahagiakan, saat apa yang baik yang kita kerjakan dapat diterima bahkan dikembangkan oleh orang lain.  .

HUJAN

Gambar
     Hujan siang itu menarikku untuk keluar rumah. Ku turuti saja. Dingin yang menyengat tak menghalangi asaku yang beberapa hari ini sedang rindu untuk menatap dan menyentuh hujan. Ku buka tangan ku. Kubiarkan butiran-butiran lembut tetapi menyimpan kekuatan, mengenai tepat di telapak tanganku. Hujan ini, membawa seluruh diriku berlari ke masa kecilku. Masa anak-anak yang bermain dengan senangnya di bawah hujan. Saat dimana kami sebagai anak kecil mengalami bahwa hujan membuat sakit hanyalah mitos. Bermain di bawah hujan sungguh kegembiraan yang membebaskan.     Hujan yang sama itu pula, membawa ku pada masa remaja. Saat gelegar petir menyambar di sekelilingku, yang membuatku bersama ibu kala itu mau tak mau harus berlari menuju “ sopo”. “Sopo” adalah tempat berteduh sementara yang dibangun sederhana di ladang. Aku masih dapat merasakan dinginnya hujan yang menyentuh kulitku kala itu. Di sopo itu, aku dan ibu ku diam saja menatap rintik-rintik hujan. Dalam hening itu, ku dengar ib